KEAJAIBAN
NI’MAT DAN SYUKUR
Fitrah manusia itu
selalu menginginkan sesuatu yang baik, bagus, lebih, enak dan luxury yang
dalam agama kita biasa menyebutnya nikmat. Ketidaksadaran kita akan siapa
sebenarnya yang memberikan kenikmatan itu kepada kita seringkali membuat kita
lupa, bahwa sesungguhnya nafsu manusia tidak aka nada habisnya. Naiknya akses
seseorang dari bawah ke atas (vertikal), membuka peluang rasa sombong dan
serakah untuk tumbuh. Ex : Ketika seseorang memiliki sepeda onthel, lalu
diberi nikmat sepeda motor. Orang tersebut cenderung mengingnkan sesuatu yang
lebih dari itu. dalam ilmu social kita menyebutnya self-indulgence, dan
sifat itu memang ada dalam diri manusia, tidak terkecuali.
Sehingga tidak adanya limit
seberapa tinggi titik equilibrium nafsu kita. Dan inilah yang sering
menjadi penyakit para wakil wakil kita di kursi-kursi besarnya. Sebenarnya
titik tersebut dapat ditekan dengan sebuah sifat yang jarang kita lirik apalagi
lakukan.
Kecerdasan sesorang
dalam bersyukur adalah usaha terbaik dalam penekanan titik equilibrium
dalam jiwa manusia. Ex : Anak yang diberi bekal sepotong tempe dapat lebih
merasakan nikmat, dari pada temannya yang dibekali tiga potong daging. Jika
anak-anak telah kita ajari bagaimana cara bersyukur sejak dini, inysaallah di
Indonesia ini tidak aka nada lagi yang namanya krisis kepemimpinan. Itu memang
sudah wajar karena kecerdasan seseorang dalam bersyukur ini memang sulit
pengajarannya. Pasalanya memang tidak ada fakultas khusus yang mempelajari dan
mengembangkan rasa syukur itu. J
Jadi yang coba saya
katakana adalah bagaimana kita tidak lupa akan bersyukur ketika kita
mendapatkan ni’mat yang berlebih dari Allah SWT? Saat kita mendapatkan ni’mat
berlebih, selalu iringi dengan ucapan Alhamdulillah, tingkatkan kuantitas
dan kualitas ibadah kita. Sebenarnya Allah sedang mencoba kita dengan ujian
yang berupa nikmat. Wacana yang beredar umum di halayak, bahwa cobaan itu hanya
yang bersifat negative independency, tapi dalam segi tazkiyah nafs
cobaan dpat berupa berbagai bentuk. Baik yang vertikal maupun horizontal. Agar
kita senantiasa ingat siapa yang memberi in’am sebanyak ini. Jika kita
hitung seluruh nikmat yang Allah berikan kepada kita, maka sesungguhny kita
tidak akan mampu. Jadi perbanyaklah bersyukur. Syukur itu mudah diucapkan, tapi
sulit dilakukan. Mayoritas good attitude memang sifatnya seperti itu.
Kemampuan sesorang untuk tidak tenggelam dalam ni’mat
dan melupakan cara bersyukur adalah sangat sedikit yang menguasainya di dunia
ini. Hanya bangsa Indonesia yang memiliki kemampuan bersyukur yang lebih dari
bangsa lainnya. Maka dari itu pemerintah Indonesia tidak terlalu pusing
memikirkan rakyatnya, karena mereka mampu cepat beradaptasi dengan kondisi
seburuk apapun.
Orang Barat akan
mengatakan ini adalah sebuah fatalisme, tapi sesungguhnya ini adalah kemapuan survive
yang luar biasa. Hidup Indonesia…!!!
Ibnu Rusyd 2,
19/9/2012 09:47 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar